Minggu, 06 April 2008

Jangan remehkan islam indonesia!!! Kita pasti bisa bangkit kembali

Coba lihat di luar sana, yang miskin orang-orang apa? Islam!

Yang pencuri, maling ayam, orang-orang apa? Islam!

Yang bodoh orang-orang apa? Islam!

(Pertanyaan dan pernyataan guru Irene Handono ; Muallaf/Ustadzah/mantan biarawati)

“Islam Indonesia hanya konsumer, bukan produser pemikiran”

(pernyataan salah seorang Dosen Universitas Indonesia/Lulusan Australia dalam suatu seminar Internasional)


Panas dada ini, gemetar tangan ini mendengar kalimat-kalimat yang sangat melecehkan, mendeskriditkan dan merendahkan agama yang sangat mulia ini, agama yang di anut oleh milyaran orang di dunia, agama yang tokoh sentralnya (Muhammad SAW) di tempatkan oleh Michael Hart pada posisi pertama 100 tokoh yang paling berpengaruh di dunia, jauh di atas Marx, Lenin dan 97 tokoh dunia lainnya.

Memang tidak bisa kita pungkiri, kualitas umat Islam Indonesia hari ini masih rendah, masih jauh dari pengimplementasian ajaran Islam yang pure. Masih banyak maling ayam, penipu, pemerkosa hingga koruptor yang jika kita lihat KTPnya beragama Islam, dan jika kita mengunjungi rumahnya, maka akan kita kita dapati beberapa kaligrafi/tulisan-tulisan khas Islam lainnya yang terpampang di tembok ataupun pintu. Tapi apakah layak jika Islam sebagai sebuah agama dilecehkan, diremehkan, dan di caci maki hanya karena oknum pemeluknya menimpang dari ajaran Islam yang sebenarnya?????

Orang Indonesia banyak yang koruptor! orang Indonesia banyak yang penipu! Apakah yang salah Indonesianya? Apakah UU/Pancasila mengajarkan demikian? Jelas bukan Indonesianya yang salah! Begitu juga dengan Islam, oknum-oknum umat Islam yang menyimpang hari ini dan menjadi sampah masyarakat timbul bukan karena ajaran Islamnya, tapi karena pribadi-pribadi manusianya yang kurang menyelami khasanah keilmuan Islam dan mengimplementasikan inti ajarannya secara kaffah.

Orang Islam Indonesia hari ini dan Dulu

Salah satu penyebab kebobrokan Umat Islam Indonesia hari ini adalah karena ketidakmampuan diri dalam mengendalikan nafsu yang seringkali menghampiri. Waktu kita yang 24 jam ini, lebih senang kita gunakan untuk nongkrong-nongkrong, membicarakan mode-mode pakaian, membicarakan keburukan-keburukan orang tanpa menginstropeksi diri sendiri, membicarakan HP terbaru, modifikasi motor, dan sebagainya yang sering kali membuat kita melupakan Ibadah Shalat kita (Padahal waktu-waktu kehidupan kita, nanti harus dipertanggungjawabkan di hadapan Allah).

Uang kita yang 7500 rupiah lebih baik kita belikan rokok ketimbang mengeluarkannya untuk saudara-saudara kita yang membutuhkan (padahal Allah menjanjikan balasan yang sangat besar ; lihat Q.S 2 : 261). Ketika di Tanya, “sudah pernah berkurban?” “Mana bisa, saya orang miskin, sayalah yang seharusnya menerima kurban” padahal uangnya setiap hari Rp 7.500 di alokasikan untuk membeli sebungkus rokok, yang jika di hitung dalam satu tahun uang sejumlah Rp 2.737.500 berubah menjadi asap, dan penyakit! (Rp 7500X365 hari = 2.737.500). Tanyakan pada penjual hewan kurban, dapat berapa ekor kambing???

Jika kita selalu seperti ini, bagaimana agama ini mau bangkit lagi? Bagaimana citra Islam Indonesia mau meningkat? Padahal dari tanah Indonesialah orang tua kita makan, dan sari-sari makanan itulah yang kemudian menjadi spermatozoa hingga lahirlah kita pemuda-pemudi Islam Indonesia. Dahulu negeri ini banyak memunculkan ulama-ulama yang kemampuan serta kedalaman agamanya di akui dunia. Sebut saja misalnya, K.H Nawawi Albantani (Banten) pengarang kitab tauhid Nur Al Dhalam yang sampai hari ini banyak dijadikan rujukan ilmiah, beliau juga mendapatkan gelar Sayid Ulama Al Hijaz dari ulama-ulama makkah dan madinah. K.H Ihsan (Jampes, Kediri) Penulis kitab Siraj Al Talibin yang sampai hari ini dijadikan buku wajib mahasiswa Post-Graduate di Universitas Al-Azhar, Cairo, Mesir. Kita juga memiliki K.H Bisri Mustofa (Rembang) dengan puluhan karyanya, K.H Misbah Zain (Bangilan), K.H Ahmad Subki Masyhadi (pekalongan) dan K.H Asrofi (Wonosari) yang terkenal dengan kara tafsir Qur’an berbahasa jawanya. Kita memiliki K.H Ahmad (Sukabumi), K.H Ahmad Khatib dari Sumatera yang pernah dipercaya menjadi Syekh dan imam Masjidil haram, K.H Mahfuzh pengarang kitab Mauhibah Dzawai Al Fadhl yang di cetak di mesir tahun 1897 M, kita memiliki Prof.DR Hamka dengan tafsir Al Azharnya dan banyak lagi. Tapi hari ini, lihat kondisi sekitar kita, moralitas remaja hari ini, kelakuan kita hari ini, kemudian renungkan, mungkinkah akan muncul kembali sosok-sosok ulama terkemuka dunia dari Indonesia? Atau yang paling simple, mungkinkah kita, keluarga, dan kawan-kawan kita akan dapat merasakan kenikamatan syurga-Nya? Renungkanlah!! Kemungkinan memang selalu ada, namun pasti akan memakan waktu yang lama jika kita tidak merubah gaya hidup kita hari ini, kepada gaya hidup yang Islami dan sesuai dengan Ajaran Al-Qur’an dan Sunnah.

Maka mulai hari ini, wahai pemuda-pemudi Islam, Putera-puteri Nahdiyyin, Putera-puteri Muhammadiyah, aktifis-aktifis Tarbiyah, Hizbut Tahrir, dan berbagai gerakan Islam lainnya. Mari rubah diri kita kea rah yang lebih baik lagi, kea rah yang di ridhoi oleh Allah SWT. Ramaikan kembali surau-surau kita, teriakkan kembali pekikan-pekikan takbir, ramaikan kembali seluruh tempat aktifitas kita dengan tilawah Al Qur’an, ajak kawan-kawan kita, sahabat, dan saudara-saudara kita ke majelis-majelis ta’lim, perkuat ukhuwah antar sesame, ubah materi-materi diskusi sia-sia kita dengan obeolan-obrolan yang penuh makna, hikmah dan menjaga diri kita dari api neraka. Lawan segala bentuk dan upaya pelecehan agama kita, bangkitan giroh (semangat) Islam kita dan sebarkan cahayanya pada semua (Islam is Rahmatan lil ‘alamin)

“ Wahai orang-orang yang beriman, jika kamu menolong agama Allah, niscaya dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu” (Q.S Muhammad ; 7)

Tidak ada komentar: